Potongan-potongan surat yang tersisa (2)

Waalaikumsalam dynda.

Masa sih dynda kagok ngetik di Word? Emang selama ini buat skripsi pake apaan? Hehehe..

Yup..ternyata dynda masih ingat tentang isi suratnya, well..pembahasan di surat itu memerlukan sedikit referensi untuk membahasnya, panjang surat dynda nto aja 4 lembar.

Balasan ini sebenarnya hanya untuk member jeda dari surat dynda barusan dengan surat balasan sebenarnya nanti yang bakal abg kirim kira2 minggu depan.

Kenapa minggu depan?

Karena abg mau membalas surat tersebut dengan sepenuh hati (ceile…!) hehehe..beberapa pertanyaan di situ perlu dijawab secara serius dan tidak bisa dijawab sepintas lalu, abg juga perlu mencari referensi untuk menjawabnya. Maka itu mudah-mudahan minggu depan sudah agak longgar agenda, karena minggu ini abg harus disibukkan dengan beberapa hal yang tidak berkaitan satu sama lain. Kamis ne malah mw ke Jakarta.

So jangan kecewa dulu ya klo kita tunda pembahasannya….

Btw surat ini ga usah dibalas..tunggu aja surat balasan dari abg selanjutnya..

Thank you..Terima kasih..Arigato..Mbujur…Mauli Ate..

Medan, 31 Agustus 2010

Foo


Assalamualaikum Dynda

Rasanya senang sekali bisa kembali menulis surat lagi.., kadang abg merasa beruntung memiliki teman untuk saling berbalas surat, menulis surat adalah sebuah aktifitas kreatif yang sedikit banyak mencegah otak kita menjadi malas berpikir dan menciut. Sayangnya aktifitas ini sering terkalahkan dengan kesibukan yang memang tidak bisa dihindarkan atau disingkirkan, tapi percayalah abg selalu mencari waktu untuk dapat menulis, menulis surat atau apapun, karena menulis adalah membuat sejarah, sejarah lahir karena tulisan lahir.

          Abg kira pembahasan mengenai Schopenhauer dan Dadaisme tidak lagi kita bahas disini, beberapa surat terakhir kita sudah membahas tentang itu dan belum ada lagi yang perlu didiskusikan tentang hal itu disini, jadi abg pikir kita langsung membahas tentang dua hal yang menjadi ganjalan di pikiranmu beberapa waktu lalu seperti yang tertulis disurat, tapi abg tidak tahu apakah sekarang masih seperti itu atau tidak, atau bahkan dynda sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tapi mari kita asumsikan saja pertanyaan tersebut masih menjadi ganjalan di benak dyn sehingga abg masih memiliki alasan untuk menulis surat ini.

Diskusi kalian di TST dengan Alief dan Niko cukup menarik, dan diskusi dengan tema seperti itu pastinya sudah banyak diperbincangkan orang-orang Indonesia yang cukup kritisnya melihat anehnya sistem keuangan di dunia. Aneh bukan melihat beberapa mata uang nilai-nya lebih rendah dibanding beberapa mata uang lain, apa yang mendasari semua itu? kenapa tidak bisa rupiah lebih mahal daripada dolar amerika? atau kenapa poundsterling lebih tinggi nilainya tapi tidak berpengaruh besar seperti dolar amerika? Tentunya setiap keheranan dan kebingungan kita terjadi karena sedikitnya pengetahuan yang kita miliki terhadap hal yang kita herankan tersebut.

Pembahasan awal kalian tentang ‘Media Massa’ sedikit banyak sama dengan apa yang abg pahami, media massa merupakan ‘alat’, fungsi jurnalistik, fungsi kontrol kekuasaan atau apapun yang dyn pelajari di kuliah bisa saja tetap ada. Namun media massa sebagai alat bagi penguasa (baik penguasa negara, modal/kapitalisme/korporasi, kelompok elit) untuk membuat dan mengontrol opini publik adalah fungsi utama media massa tersebut berdiri. Abg pernah mendengar satu jargon yang mirip seperti yang dyn tulis, bunyinya seperti ini..” siapa yang menguasai Media, dia yang menguasai negara” atau “siapa yang ingin berkuasa, kuasailah Media” kira-kira seperti itulah bunyinya, namun kiranya pengertiannya sama saja.

Jargon tersebut mengindikasikan pentingnya Media bagi mereka yang ingin menjadi penguasa/pemimpin atau pun yang sudah berkuasa/memimpin di zaman sekarang yang disebut zaman teknologi informasi. Indikasi tersebut menjelaskan kondisi Peta Politik Pertelevisian Swasta kita yang dipegang segelintir Konglomerat dan dua diantaranya Aktif berpolitik, Aburizal Bakrie dengan TV one dan Surya Paloh dengan MetroTV-nya, MNC yang membawahi beberapa stasiun TV dipegang oleh konglomerat Hary Tanoesudibyo yang pasti memiliki pengaruh politik walaupun tidak aktif di panggung politik, bisakah dyn membantu memberi tahu siapa dibelakang media TV lainnya seperti Trans Corporation, dll.

Mengenai persolan mata uang, sebenarnya abg juga tidak terlalu menguasai masalah ini, dan abg tau pembahasan mengenai persoalan mata uang ini cukup rumit, tapi pertanyaan dyn seputar itu masih bisa abg jawab dengan jawaban sederhana. Mengapa Dolar Amerika begitu berkuasa terhadap mata uang lain? Di perdagangan Internasional, mata uang yang kuat/tinggi adalah mata uang yang banyak digunakan untuk bertransaksi dipasar internasional artinya banyak orang yang membutuhkan mata uang tersebut, prinsip ekonomi kapitalisme semakin banyak peminat/permintaan maka semakin tinggi nilai barang tersebut. Sampai disini apakah dyn bisa memahami?

Jadi bila kita sering menggunakan dolar(menukar rupiah dengan dolar) sama saja kita membeli Dolar, didunia ini memang Dolar Amerika lah yang paling banyak dibeli (ditukar dengan mata uang lain). Pertanyaan yang mengikutinya, kenapa USD banyak beredar atau dipakai di transaksi Internasional? Seperti kita ketahui Amerika adalah negara yang mengkonsumsi sebagian besar produksi dunia, juga memproduksi juga beberapa komoditi, mereka banyak melakukan transaksi dagang dengan semua negara diseluruh dunia, dengan begitu mata uang mereka menjadi alat tukar dan menjadi populer menjadi alat tukar internasional, hal itu mendogkrak tinggi nilai USD menjadi mata uang yang berpengaruh, disamping USD memang dipercaya stabil, stabil artinya nilainya tidak pernah naik maupun anjlok secara drastis dan peredarannya terjamin, tidak pernah kekurangan stok uang Dollar, oh iya mungkin disini perlu abg tambahkan pencetakan uang kertas tidak bisa seenak-nya saja dicetak untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap uang cetak/kertas, setiap uang kertas yang dicetak dijamin dengan emas senilai angka nominal yang tertera di uang kertas tersebut, itulah jawaban atas pertanyaan waktu dulu kita kecil saat terjadi krisis moneter, kenapa pemerintah tidak mencetak uang banyak-banyak saja untuk menjamin tersedianya uang? Ya karena pemerintah saat itu tidak sanggup menjamin uang yang dicetak.

Begitulah kira-kira penjelasan mengenai masalah mata uang itu dyn, alasan-alasan seperti diatas membuat USD begitu berpengaruh, dan pemerintah Amerika memang bermaksud menjadikan USD sebagai mata uang terkuat didunia dan mereka melakukan apa saja yang bisa membuat hal itu terjadi, kekuatan itu mendapat tantangan dari uni eropa yang mengeluarkan mata uang Euro, setiap transaksi lokal dan internasional di negara Uni eropa memakai mata uang Euro untuk meredam kekuatan Dolar amerika, dan Euro pun kian berhasil menandingi Dolar tersebut. Banyak negara yang tidak menyenangi AS menolak menggunakan USD dan menggunakan Euro dalam transaksi internasionalnya, karena mereka paham menggunakan USD berarti memperkuat Amerika serikat, bagaimana dengan dyn?

Oke, cukup dengan mata uang yang melelahkan itu, kita beranjak ke Pembahasan Kedua di surat dyn, ada yang pengen abg bahas tentang film-film dan kenapa film barat yang mendominasi wacana perfilm-an kita, namun abg pikir kita dapat membahasnya di surat berikutnya, karena pertanyaan dyn dsini justru tentang filosofi kematian, dan kematian dsini adalah kematian dalam sebuah cerita film atau novel. You’ve been ask my opinion, oke I will tell u what do I think about it. Konteks jawaban ini adalah tentang kematian seorang tokoh utama dalam sebuah cerita. Dyn pikir begitu banyak film yang menceritakan kematian tokoh utama di setiap ending-nya dan menyimpulkan kamatian adalah wacana menarik disebuah film.

Coba kita lihat di beberapa film yang dyn tulis disurat seperti Troy, Gladiator, Braveheart, Van helsing, 300 adalah berasal dari buku sejarah maupun cerita legenda kepahlawanan, jadi film tersebut merupakan interpretasi terhadap suatu karya tulis yang sudah ada terebih dahulu, abg kira V for Vendetta juga berasal dari sebuah novel fiksi. Apa yang mau abg katakan adalah di semua film yang dyn tulis genre nya adalah film kepahlawanan, baik cerita pahlawan kolosal maupun modern seperti Armageddon. Kita berbicara tentang psikologi disini, seorang sutradara pasti sudah merancang cerita yang mampu membawa psikologi penonton ke arah yang ia mau, dan sekarang kita berbicara film kepahlawanan. Cerita Troy, Gladiator, braveheart, 300 mengapa bisa menjadi cerita kepahlawanan yang heroik dan terkenal sampai saat ini menurut dyn kenapa??? Ya karena pahlawannya tersebut mati di saat puncak kejayaannya, mati disaat pertarungan atau disaat ia berjuang. Kepahlawanan seorang tokoh akan melegenda apabila ia tewas disaat ia berjuang, tewas di saat ia masih berjaya, tewas di medan pertempuran, tewas ketika masih muda dan memimpin, bukan mati karena sakit, karena tua dan mati di tempat tidur walaupun ia memiliki jasa saat ia muda.

Seorang yang paham psikologi massa pasti mengetahui hal ini, hal ini sudah ada dan diketahui orang sejak lama, itulah yang menjelaskan misalnya kenapa pemimpin-pemimpin pemberontakan tidak dibunuh saja untuk meredakan pemberontakan? Melainkan dibuang/diasingkan ketempat terpencil atau luar negeri seperti apa yang terjadi pada Sukarno-Hatta yang diasingkan Belanda atau seperti Hasan Tiro yang dibiarkan lari keluar negeri, karena pihak lawan mengetahui membunuh tokoh seperti itu hanya akan menjadikan mereka pahlawan sepanjang masa dan akan meningkatkan perlawanan.

Pada film dan cerita kepahlawan kontemporer hal seperti itu diadaptasi untuk menciptakan sebuah karakter kepahlawanan yang kuat dan utuh dan mampu menjadi acuan terkini pahlawan kontemporer seperti yang ditawarkan V for Vendetta dan Armageddon. Jadi kematian tokoh utama memang disengaja (dikorbankan/ditumbalkan), bukan hanya untuk melengkapi skenario film dan menciptakan efek dramatis pada penonton, tapi juga untuk membuat pahlawan tersebut lebih heroik dan melegenda.

  Well..cukup panjang juga pembahasan surat kali ini, semoga dapat membuat dynda menjadi lebih bertanya-tanya lagi. Karena fenomena disekitar kita memang tidak akan habis-habisnya untuk dieksplorasi, semakin dalam kita gali semakin kita sadari jauhnya kita dari akhir penggalian.

 Wassalamualaikum..

 Selamat Idul Fitri 1431 H

Mohon maaf lahir dan bathin                    

Medan, 13 September 2010

Foo

Iklan